Beli Sapi Pasti Dapat Talinya.


Luur! Anggaplah kehidupan akhirat itu adalah sapi karena memiliki nilai tinggi, sedangkan kehidupan dunia ini kita ibaratkan saja talinya. Maka kita harus mempunyai filosofi, “Kalau membeli sapi, pasti akan mendapatkan talinya”. Artinya apa? Artinya adalah, kalau kita lebih mengutamakan urusan akhirat (Maksudnya: ibadah), pasti Alloh Ta’alaa mencukupi urusan dunia, dalam hal ini adalah rezeki kita. Ini harus didasari dengan keyakinan yang seyakin yakinnya, tidak bisa hanya sekedar yakin saja. Asalkan kita tetap disiplin ilmu, disiplin waktu dan disiplin kerja niatin untuk perjuangan memberi nafkah keluarga dan agama.

Pendeknya, berikhtiar, berdo’a dan bertawakal atau menyerahkan semua hasil akhir yang akan terjadi kepada Alloh Ta’alaa. Ini gak bisa dengan setengah hati, tapi harus full yakini seyakin yakinnya, itu pasti. Bagi Alloh, tidak ada yang tidak mungkin, semuanya mungkin karena Alloh Maha Kuasa.

Luur! Alangkah bahagianya ya, manusia biasa, yang diberi kesempatan hidup di dunia ini hanya sekali dan sementara, tapi kita berhasil mengemban misi ibadah sosial dan ritual ini dengan sukses. Namun di era globalisasi ini, baik ibadah sosial maupun ritual memerlukan biaya, yang kadang tidak sedikit. Contohnya pembelaan, berupa infak dan shodaqoh biasa saja sudah beberapa point yang mesti kita isi, belum lagi jatah-jatah untuk pembangunan masjid dan sarana ibadah lainnya. Kita juga mesti memikirkan biaya umroh dan haji serta menyantuni anak yatim dan fakir miskin. Maka agama Islam yang haqq memandang baik jika orang iman menjadi orang kaya yang barokah, yaitu banyak memberikan kebaikan dan kemanfa’atan bagi umat manusia untuk mewujudkan ridho Alloh Ta’alaa.

Rosulullohi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Laa ba’sa bilghinaa limanit taqoo ...)”, artinya: "Tidak bahaya orang takwa menjadi orang kaya ...". (HR. Ibnu Majah).
Islam yang haqq sangat memberikan apresiasi kepada kita yang bisa hidup mandiri karena sukses dunia dan akhirat. Rosulullohi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Khoirukum man lam yatruk aakhirotahu lidunyaahu walaa dunyaahu li-aakhirotihi walam takun kallan ‘alan-naas(i)”, artinya: "Sebagus-bagusnya kamu sekalian adalah orang yang tidak meninggalkan urusan akhirotnya karena urusan keduniaannya, dan tidak meninggalkan urusan keduniaannya karena hanya sibuk mengurusi urusan akhirotnya saja, dan yang tidak menggantungkan kehidupan kepada orang lain". (HR. Khothib).
Saya sangat berharap bahwa kita tidak salah kaprah dalam menetapi filosofi ibadah tersebut dengan meremehkan atau menganggap kecil urusan dunia. Dunia ini memang merupakan kesenangan dan kenikmatan yang kecil, kalau kita bandingkan dengan kesenangan dan kenikmatan surga, tapi buat kita kita orang iman, dunia ini sangat penting artinya, makanya kita cari kenikmatan dan kesenangan dunia berupa finansial itu untuk bekal kita memperoleh kenimatan dan kesenangan di akhirat. Yuk kita berusaha untuk menjadi orang kaya “aghniya’” yang faham dan barokah, yang bisa memberi nafkah agama dan keluarga, seperti Nabi Sulaiman, Usman bin Affan, Abdurrohman bin ‘Auf, Khodijah (istri Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam). Kekayaan kita itu kita gunakan untuk perjuangan menegakkan, melancarkan, mengembangkan agama Islam yang haqq ini sehingga tetap lestari turun temurun sampai menjelang hari kiamat. Dan berhasil guna memasukkan kita ke dalam surga Alloh bersama orang-orang yang kita cintai, orang-orang yang mendukung dan melancarkan tugas dakwah kita dan dikelompokkan pada golongan ahli surga dari para rosul, para nabi, orang-orang mati syahid, orang-orang shiddiq.

"Alloohummarzuq'naa Rizqon Hasanan, Wasi'an, Halaalan, Thoyyiban, Mubarokan, Wa-anta Khoirur Rooziqiin(a)", artinya: "Ya Alloh, berilah kami rezeki dengan rezeki yang bagus, lapang, halal, baik, barokah, dan Engkau adalah sebaik-baiknya Dzat yang memberi rezeki".

"Alloohummaje'al Maalanaa Maalan, Tamawwulan, Mubaarokan, Birohmatika Yaa Arhamar Roohimiin(a)", artinya: "Ya Alloh, jadikanlah harta kami ini harta yang selalu berkembang, barokah, dengan rohmat-Mu wahai Dzat yang paling menyayangi orang-orang yang menyayangi".

"Alloohumma baarik Lanaa Fiimaa A'thoitanaa, Alloohumma Baarik Lanaa Fiimaa Rozaq'tanaa", artinya: "Ya Alloh, barokahilah bagi kami dalam apa-apa yang telah Engkau berikan pada kami. Ya Alloh, barokahilah bagi kami dalam apa-apa yang telah Engkau rezekikan pada kami".

Ya Alloh Yang Maha Pemberi, berilah kami hati yang selalu bisa karena Alloh dalam segala amal ibadah yang kami lakukan. Berilah kami hati yang bersih, bersih dari dosa, salah, khilap, dengki, sombong, congkak, ujub, riya’, tidak karena Alloh.


Comments

Popular Posts