Berburu Lailatul Qodar
Luur! Ada satu malam kemuliaan di dalam bulan suci Romadhôn, yang dinamakan,
“Lailatul Qodar”. Barangsiapa yang beribadah pada malam itu, diberi pahala oleh
Alloh Ta’alaa, yang nilainya lebih baik dari beribadah seribu bulan, yakni
kurang lebih 83 (delapan puluh tiga) tahun.
Alloh Ta’alaa, berfirman dalam Al-Qur’an, Surat Al-Qodr, No. Surat: 97, Ayat: 1-5, yang artinya: Ayat: “1. Sesungguhnya Kami (Alloh) telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam Qodar/kemuliaan (Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam ‘Lailatul Qadar’ yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada malam itu permulaan turunnya Al-Qur’an). 2. Dan tahukah kamu apakah malam Qodar itu? 3. Malam Qodar itu lebih baik dari seribu bulan. 4. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan idzin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. 5. Malam itu (penuh) keselamatan sampai terbit fajar.
Alloh Ta’alaa, berfirman dalam Al-Qur’an, Surat Al-Qodr, No. Surat: 97, Ayat: 1-5, yang artinya: Ayat: “1. Sesungguhnya Kami (Alloh) telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam Qodar/kemuliaan (Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam ‘Lailatul Qadar’ yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada malam itu permulaan turunnya Al-Qur’an). 2. Dan tahukah kamu apakah malam Qodar itu? 3. Malam Qodar itu lebih baik dari seribu bulan. 4. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan idzin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. 5. Malam itu (penuh) keselamatan sampai terbit fajar.
Di dalam Hadits Ibnu Majah, Kitaabush Shiyaam, yang
diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia (Anas) berkata, “Pada saat masuk bulan
Romadhôn, maka Rosulullohi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya:
“Sesungguhnya bulan Romadhôn ini telah hadir kepada kamu sekalian, dan di dalam
bulan Romadhon itu ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan,
barangsiapa yang dihalangi-halangi pada malam itu (artinya ia tidak dapat
melakukan mencari Lailatul Qodar, berarti ia telah dihalang-halangi pada semua
kebaikan, dan tidaklah dihalang-halangi pada kebaikan Lailatul Qodar itu
kecuali orang yang dihalang-halangi”.
Jadi, mencari Lailatul Qodar itu pada dasarnya bisa
dilakukan oleh semua orang, di mana saja asalkan ada kemauan, hanya orang yang
menemui kendala atau hambatan sajalah yang tidak akan mendapatkan kebaikan
Lailatul Qodar itu.
Mengenai sejarah mengapa ada ‘Lailatul Qodar’? Telah
diriwayatkan dalam Hadits Ibnu Abi Haatim, dari ‘Ali Ibnu ‘Urwah, ia (‘Ali)
berkata, “Pada suatu hari Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, menyebutkan
ada 4 (empat) orang dari golongan Bani Isro’il, mereka beribadah selama 80
(delapan puluh) tahun menyembah (beribadah) kepada Alloh tidak pernah menentang
Alloh sekejap mata pun, lalu Rosululloh menyebutkan namanya, yaitu: 1). Ayub,
2). Zakaria, 3). Hizqil bin ‘Ajuz, 4). Yusya’ bin Nun. ‘Ali bin ‘Urwah,
berkata, “Lantas para sahabat Rosulillahi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam merasa
keheran-heranan karena mendengar kisah tersebut. Maka malaikat Jibril
mendatangi Rosululloh, terus berkata, “Ya Muhammad, umatmu merasa heran, karena
golongan mereka ini beribadah selama 80 (delapan puluh) tahun tidak pernah
menentang (mendurhakai) Alloh sekejap mata pun. Maka sungguh Alloh telah
menurunkan sesuatu yang nilainya lebih baik daripada itu. Lantas malaikat
Jibril membaca, yang artinya“1. Sesungguhnya Kami (Alloh) telah menurunkannya (Al-Qur’an)
pada malam Qodar/kemuliaan. 2. Dan tahukah kamu apakah malam Qodar itu? 3.
Malam Qodar itu lebih baik dari seribu bulan.
“Lailatul Qodri” ini lebih afdhol, lebih utama dari apa yang telah membuat kamu dan umatmu merasa keheran-heranan”. ‘Ali bin ‘Urwah berkata, “Maka Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dan manusia yang bersamanya merasa senang”.
“Lailatul Qodri” ini lebih afdhol, lebih utama dari apa yang telah membuat kamu dan umatmu merasa keheran-heranan”. ‘Ali bin ‘Urwah berkata, “Maka Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dan manusia yang bersamanya merasa senang”.
Lailatul Qodar ini, di samping mempunyai ke utamaan yang pol
seperti apa yang telah dijelaskan di atas, juga mempunyai keistimewaan lain, di
antaranya adalah sebagaimana yang telah diriwayatkan dalam Hadits Bukhori, dari
Abi Huroiroh, dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya:
“Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Romadhon dengan iman dan mencari pahala,
maka diampuni dosa-dosanya yang dahulu. Dan barangsiapa yang berdiri
(beribadah) pada Lailatul Qodar dengan iman dan mencari pahala, maka diampuni
dosa-dosanya yang dahulu”.
Kapan mulai melakukan berburu Lailatul Qodar ini? Di dalam
Hadits Bukhori, dari Aisyah Rodhiyallohu ‘Anha, mengungkapkan sesungguhnya
Rosulullohi shollallohu ‘alaihi wasallam, bersabda: “Taharrou lailatal qodri
fil witri minal ‘asyril awaakhiri min romadhoona”, artinya:
“Bersungguh-sungguhlah kamu (dalam mencari dan beribadah) pada Lailatul Qodar
(yakni) di dalam malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dari bulan Romadhon”.
Di dalam Hadits Bukhori, Kitaabush Sholah At-Taroowih, dari
Aisyah rodhiyallohu ‘anaha, ia berkata: “Kaanan-nabiyyu shollallohu ‘alaihi
wasallama idzaa dakholal ‘asyru syadda mi’zarohu wa-ahyaa lailahu wa-aiqodhzo
ahlahu”, artinya: “Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam pernah ketika telah masuk
sepuluh malam (terakhir bulan Romadhon) beliau menyingsingkan kain sarungnya
(pertanda beliau sangat mempersungguh dalam hal beribadah), serta menghidupkan
malam harinya (meningkatkan aktivitas ibadah pada malam hari), dan membangunkan
keluarganya (mengajak keluarganya untuk berbuat seperti itu)”.
Di dalam Hadits Muslim, Kitaabul I’tikaf, Aisyah
rodhiyallohu ‘anha, berkata: “Kaana rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi
wasallama yajtahidu fil ‘asyril awaakhiri maa laa yajtahidu fii ghoirihi”,
artinya: “Rosulullohi shollallohu ‘alaihi wasallam sangat mempersungguh (beribadah)
di dalam sepuluh malam terakhir, tidak seperti halnya beliau mempersungguh pada
malam-malam yang lain”.
Dalam Hadits Tirmidzi, yang diriwayatkan dari Ibni Abbas, ia
berkata, “Aku memdengar Rosulullohi shollallohu ‘alaihi wasallam, bersabda:
“’Ainaani laa tamassuhuman-naaru ‘ainun bakat min khosy-yatillaahi wa’ainun
baatat tahrusyu fii sabiilillaahi”, artinya: “Ada dua macam mata yang tidak
akan tersentuh neraka, yakni mata yang menangis karena takut kepada Alloh, dan
mata yang digunakan melek dalam sabilillah”.
Mengenai do’a yang harus kita baca jika menemuinya, adalah
sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rosulullohi shollallohu ‘alaihi wasallam.
1. Dapat kita jumpai di dalam Hadits Tirmidzi, Kitaabud Da’awaat, dari Aisyah, ia berkata, yang artinya: “Ya Rosulalloh, bagaiamana pendapatmu jika aku mengetahui malam Lailatul Qodar, apa yang mesti saya baca pada malam Lailatul Qodar itu? Rosululloh, bersabda: “Ucapkanlah, “Alloohumma Innaka ‘Afuwun Kariim(un), Tuhibbul ‘Afwaa Fa’fu ‘Annii”, yang artinya: “Ya Alloh, sesungguhnya Engkau pema’af lagi mulia, suka mema’afkan, maka ma’afkanlah aku”.
1. Dapat kita jumpai di dalam Hadits Tirmidzi, Kitaabud Da’awaat, dari Aisyah, ia berkata, yang artinya: “Ya Rosulalloh, bagaiamana pendapatmu jika aku mengetahui malam Lailatul Qodar, apa yang mesti saya baca pada malam Lailatul Qodar itu? Rosululloh, bersabda: “Ucapkanlah, “Alloohumma Innaka ‘Afuwun Kariim(un), Tuhibbul ‘Afwaa Fa’fu ‘Annii”, yang artinya: “Ya Alloh, sesungguhnya Engkau pema’af lagi mulia, suka mema’afkan, maka ma’afkanlah aku”.
2. Dapat juga kita jumpai di dalam Hadits Ibnu Majah fii
Kitaabi Du’a, dari Aisyah, ia berkata, “Ya Rosulalloh, bagaiamana pendapatmu
jika aku bertepatan dengan Lailatul Qodar, aku berdo’a apa? Rosululloh,
bersabda: “Ucapkanlah, “Alloohumma Innaka ‘Afuwun Tuhibbul ‘Afwaa Fa’fu ‘Annii”,
yang artinya: “Ya Alloh, sesungguhnya Engkau pema’af, suka mema’afkan, maka
ma’afkanlah aku”.
Luur! Semua pasti telah mengetahui keutamaan malam Lailatul
Qadar. Namun, kapan malam tersebut datang? Lalu adakah tanda-tanda dari malam
tersebut? Semoga kita dimudahkan oleh Alloh untuk mendapatkan malam yang
keutamaannya lebih baik dari 1000 bulan (kurang lebih 83 tahun, 4 bulan).
Pada sepertiga terakhir dari bulan mubarok ini terdapat malam
Lailatul Qodar, satu malam yang dimuliakan Alloh melebihi malam-malam lainnya.
Di antara kemuliaan malam tersebut adalah Alloh mensifatinya dengan malam yang
penuh kebarokahan, artinya malam yang banyak kebaikannya.
Hikmah Alloh menyembunyikan pengetahuan tentang terjadinya
malam Lailatul Qodar di antaranya adalah agar tapak jelas bedannya antara orang
yang sungguh-sungguh dalam mencari Lailatul Qodar tersebut dengan orang yang
bermalas-malasan. Karena orang yang benar-benar ingin mendapatkan sesuatu tentu
akan bersungguh-sungguh dalam mencarinya. Hal ini juga sebagai rohmat Alloh
agar hamba-Nya memperbanyak amalan pada malam-malam tersebut, dengan demikian
mereka akan semakin bertambah dekat dengan-Nya dan akan memperoleh pahala yang
amat banyak. Semoga Alloh memudahkan kita memperoleh Lailatul Qodar yang penuh
kebarokahan ini.
Dan yang memilih pendapat bahwa Lailatul Qodar adalah jatuh
pada malam kedua puluh tujuh, sebagaimana ditegaskan oleh Ubay bin Ka’eb
rodhiyallohu ‘anhu. Namun pendapat yang paling kuat dari berbagai pendapat yang
ada sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari bahwa Lailatul Qodar
itu terjadi pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dan waktunya
berpindah-pindah dari tahun ke tahun. Boleh jadi, pada tahun tertentu terjadi
pada malam kedua puluh tujuh atau bisa jadi juga pada tahun yang berikutnya
turun pada malam kedua puluh lima tergantung kehendak dan hikmah Alloh Ta’alaa.
Lailatul Qodar turun saat bersamaan turun hujan, Shubuhnya
halaman masjid keadaan becek. Rosulullohi shollallohu ‘alaihi wasallam
bersabda, yang artinya: “Barangsiapa yang mau I’tikaf bersama saya maka
hendaklah ia beri’tikaf sepuluh malam yang terakhir, karena saya benar-benar diperlihatkan
Lailatul Qodar, tapi saya dilupakan, saya mengalami sendiri pada waktu sholat
Shubuhnya, saya sujud ditempat yang becek maka carilah Lailatul Qodar itu dalam
sepuluh malam yang terakhir, dan carilah Lailatul Qodar itu dalam setiap
(malam) yang ganjil, yang pada malam itu terjadi hujan, masjid banjir, ketika
sholat Shubuh di hari ke 21 kening Rosululloh terkena becek.” (HR. Bukhori, juz
3, hal 62)
Udara dan suasana pagi yang tenang. Ibnu Abbas rodliyallohu
’anhu, berkata, “Rosulullohi shollohu ’alaihi wasallam bersabda, yang artinya:“Lailatul
Qodar adalah malam yang suasananya tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan
tidak pula terlalu dingin, esok paginya matahari terbit dengan sinar tidak
terlalu tajam berwarna kemerahan.” (Kualitas hadist hasan).
Bulan nampak separuh bulatan. Abu Huroiroh radhiyallaohu
’anhu pernah berkata:, “Kami pernah berdiskusi tentang Lailatul Qodar di sisi
Rosulullohi shollahu ’alaihi wasallam, beliau bersabda, yang artinya: “Siapakah
dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh
nampan.” (HR. Muslim)
Malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada
awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada lemparan bintang pada
malam itu (Maksudnya: bintang jatuh atau lemparan meteor bagi setan). Telah
diriwayatkan dari Watsilah bin al-Asqo’ dari Rosulullohi shollallohu ’alaihi
wasallam, yang artinya: “Lailatul Qodar adalah malam yang terang, tidak panas,
tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak
ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)”
(HR. Thobroni)
Comments