Menyempatkan Mencari Ilmu Agama
Di dalam Hadits Riwayat Malik bin Anas Fii Muwatho’, Rosululloh shollallohu ’alaihi wasallam bersabda:
“Taroktu fiikum amroini lan tadhilluu maa tamas-saktum bihimaa kitaabillaahi wasunnatin nabiyyihi shollalloohu ‘alaihi wasallama”
Yang artinya: “Telah aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitab Alloh (AL-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya (Al-Hadits)”
Mengenai Al-Hadits atau As-Sunnah, di Lembaga Dakwah Islam Indonesia dalam ta’lim, disamping mengaji al-qur’an dengan terjemah secara harfiyah, juga menggunakan semua kitab hadits, utamanya “Kutubus-Sittah” (Kitab yang Enam): Shohih Al-Bukhori, Shohih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan An-Nasa’i, Sunan Ibnu Majah.
Luur! Kita harus merasa yakin seyakin yakinnya bahwa dengan berpegang teguh dan mengamalkan isi al-Qur’an dan al-Hadits Nabi, maka Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam memastikan kepada kita tidak akan mengalami hidup serba kekurangan, baik dalam kehidupan dunia dan di akhirat. Artinya apa? Artinya adalah kita dijamin akan bahagia dan berkecukupan, tidak saja di dunia, tetapi juga di akhirat, sungguh ini gak ngibul. Apa kita kurang yakin? Alloh Ta’alaa pun bakal menjamin kebenaran apa yang telah disabdakan oleh Rosulullohi shollallohu ‘alaihi wasallam tersebut.
Yuk, mulai sekarang kita camkan dalam hati dan pikiran kita, kita yakini seyakin yakinnya, bahwa rezeki itu berbanding lurus dengan ibadah kita, artinya kalau kita kenceng beribadah maka kenceng pula rezeki kita, insyaa Alloh. Karenanya, dengan senang hati kita amalkan segala bentuk ibadah yang sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadits, yang akan menghantarkan kita hingga ke depan pintu gerbang sukses dunia dan akhirat.
Kalau rezeki itu memang milik kita maka tidak akan lari kemana. Alloh tak mungkin bakalan nyasar ngirim paket rezeki ke kita, sungguh: “Lau farro ahadukum min rizqihi adrokahu kamaa yudrikahul mautu”, artinya: "Seandainya salah satu kamu sekalian lari dari rezekinya, maka rezekinya itu akan menjemputnya sebagaimana maut menjemputnya". (HR. Thobroni fil Ausath).
Beda halnya dengan kita, suka nyasar kalau bagi-bagi rezeki ke sesama. Hem.
Yuk kita camkan baik-baik ungkapan ini: "Barangsiapa yang akhirot menjadi cita-citanya maka Alloh menjadikan kaya di dalam hatinya (kaya hati) dan akan mengumpulkan kepadanya bermacam-macam perkaranya (mak: menyelesaikan bermacam-macam urusannya sangat mudah) dan dunia akan datang padanya dengan tunduk. Dan barangsiapa yang dunia menjadi cita-citanya maka Alloh akan menjadikan fakirnya di antara kedua matanya (mak: selalu dirundung/diselimuti kebutuhan) dan mencerai-beraikan baginya bermacam-macam perkaranya (mak: kesulitan dalam menyelesaikan setiap perkaranya) dan dunia (harta dan kemewahan) tidak mau datang padanya kecuali yang (datang) hanya sesuai dengan apa yang telah diqodar/ditakdirkan untuknya". (HR. Tirmidzi)
Ancaman Alloh terhadap kita-kita yang enggan meluangkan waktu untuk ngaji al-Qur'an. Di dalam Al-Qur’an Surat Thoohaa, No. Surat: 20, Ayat: 124, Alloh berfirman: “Waman a’rodho ‘an dzikrii fa-inna lahu ma’iisyatan dhonkan wanahsyuruhu yaumal qiyaamati a’maa”, artinya: “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dengan keadaan buta”.
“Taroktu fiikum amroini lan tadhilluu maa tamas-saktum bihimaa kitaabillaahi wasunnatin nabiyyihi shollalloohu ‘alaihi wasallama”
Yang artinya: “Telah aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitab Alloh (AL-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya (Al-Hadits)”
Mengenai Al-Hadits atau As-Sunnah, di Lembaga Dakwah Islam Indonesia dalam ta’lim, disamping mengaji al-qur’an dengan terjemah secara harfiyah, juga menggunakan semua kitab hadits, utamanya “Kutubus-Sittah” (Kitab yang Enam): Shohih Al-Bukhori, Shohih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan An-Nasa’i, Sunan Ibnu Majah.
Luur! Kita harus merasa yakin seyakin yakinnya bahwa dengan berpegang teguh dan mengamalkan isi al-Qur’an dan al-Hadits Nabi, maka Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam memastikan kepada kita tidak akan mengalami hidup serba kekurangan, baik dalam kehidupan dunia dan di akhirat. Artinya apa? Artinya adalah kita dijamin akan bahagia dan berkecukupan, tidak saja di dunia, tetapi juga di akhirat, sungguh ini gak ngibul. Apa kita kurang yakin? Alloh Ta’alaa pun bakal menjamin kebenaran apa yang telah disabdakan oleh Rosulullohi shollallohu ‘alaihi wasallam tersebut.
Yuk, mulai sekarang kita camkan dalam hati dan pikiran kita, kita yakini seyakin yakinnya, bahwa rezeki itu berbanding lurus dengan ibadah kita, artinya kalau kita kenceng beribadah maka kenceng pula rezeki kita, insyaa Alloh. Karenanya, dengan senang hati kita amalkan segala bentuk ibadah yang sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadits, yang akan menghantarkan kita hingga ke depan pintu gerbang sukses dunia dan akhirat.
Kalau rezeki itu memang milik kita maka tidak akan lari kemana. Alloh tak mungkin bakalan nyasar ngirim paket rezeki ke kita, sungguh: “Lau farro ahadukum min rizqihi adrokahu kamaa yudrikahul mautu”, artinya: "Seandainya salah satu kamu sekalian lari dari rezekinya, maka rezekinya itu akan menjemputnya sebagaimana maut menjemputnya". (HR. Thobroni fil Ausath).
Beda halnya dengan kita, suka nyasar kalau bagi-bagi rezeki ke sesama. Hem.
Yuk kita camkan baik-baik ungkapan ini: "Barangsiapa yang akhirot menjadi cita-citanya maka Alloh menjadikan kaya di dalam hatinya (kaya hati) dan akan mengumpulkan kepadanya bermacam-macam perkaranya (mak: menyelesaikan bermacam-macam urusannya sangat mudah) dan dunia akan datang padanya dengan tunduk. Dan barangsiapa yang dunia menjadi cita-citanya maka Alloh akan menjadikan fakirnya di antara kedua matanya (mak: selalu dirundung/diselimuti kebutuhan) dan mencerai-beraikan baginya bermacam-macam perkaranya (mak: kesulitan dalam menyelesaikan setiap perkaranya) dan dunia (harta dan kemewahan) tidak mau datang padanya kecuali yang (datang) hanya sesuai dengan apa yang telah diqodar/ditakdirkan untuknya". (HR. Tirmidzi)
Ancaman Alloh terhadap kita-kita yang enggan meluangkan waktu untuk ngaji al-Qur'an. Di dalam Al-Qur’an Surat Thoohaa, No. Surat: 20, Ayat: 124, Alloh berfirman: “Waman a’rodho ‘an dzikrii fa-inna lahu ma’iisyatan dhonkan wanahsyuruhu yaumal qiyaamati a’maa”, artinya: “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dengan keadaan buta”.
Comments